TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur Aviatory Indonesia, Ziva Narendra menjelaskan dampak yang akan terjadi, jika bisnis penerbangan Lion Air ditutup. Dia mengatakan Lion Air merupakan maskapai Low Cost Carrier yang menguasai pasar penerbangan di Indonesia.
Baca : Alasan Basarnas Ajak Keluarga Korban ke Titik Jatuhnya Lion Air
"Ketika ditutup, kita musti siap siap air travel tidak seperti yang dulu lagi, pangsa pasar anak berubah, Lion Air melayani lebih dari 200 penerbangan seharinya," ujar Ziva di Hotel Milenium, Rabu, 7 November 2018.
Menurut Ziva, maskapai lainnya belum tentu dapat menampung ledakan jumlah penumpang pesawat dampak dari penutupan Lion Air. Musababnya, market share penerbangan Lion Air sekitar 20-30 persen.
Lion Air, kata Ziva, melayani berbagai penerbangan hingga ke berbagai daerah terpencil di Indonesia. Karena itu Lion Air menjadi salah satu pemain besar di bisnis penerbangan. "Kalau ini ditutup dampaknya akses yang terlayani ke daerah," tutur dia.
Ziva menilai, penutupan Lion Air bukanlah solusi atas insiden kecelakaan yang terjadi pekan lalu. Jika dibandingkan dengan kasus Adam Air, Ziva mengatakan itu hal yang berbeda, di mana tidak ada tanggung jawab dari Adam Air. Dalam kasus ini, Ziva melihat ada usaha dari Lion Air untuk bertanggungjawab.
Atas kejadian kecelakaan Pesawat Lion Air PK-LQP, Ziva berujar, hal tersebut dijadikan pembelajaran pemerintah dan operator maskapai. "Yang paling penting proses recovery korban dan investigasi data," kata Ziva.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, enggan mendahului pemberian sanksi terdahap Lion Air. Dia lebih menanti hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terlebih dahulu. "kami akan mengikuti rekomendasi, apa bila itu rekomendasi itu (pidana) akan kami lakukan," tutur dia.